Penyakit jantung bawaan adalah
kelainan struktur dan fungsi jantung yang di temukan sejak bayi di lahirkan.Kelainan
ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan. Diantara berbagai
kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,penyakit jantung bawaan merupakan
kelainan yang paling sering di temukan
Mirchell dkk, 1996mendefinisikan
Penyakit Jantung Bawaan sebagai abnormalitas struktur makrospis jantung atau
pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial
yang berarti.Insidens PJB didunia memiliki angka yang konstan. Data dari the northern region paedatric cardiology
data base memperkirakan insidens PJB di UK sebesar 6,9/1000 kelahiran, atau
satu diantara 145 kelahiranbayi. Penelitian di Beijing, cina mendapatkan
insidens PJB 8,2/1000 dari total
kelahiran, dimana 168,9/1000 lahir mati dan 6,7/ 1000 lahir hidup.
Penelitian
di amerika serikat menyatakan bahwa setiap tahun sedikitnya 35.000 bayi
menderita kelainan ini dan 90% di antaranya dapat meninggal dunia bila di tahun
pertama kehidupan bayi tidak di lakukan perawatan yang adekuat. Menurut Children Heart Foundation, pada setiap
tahun sebanyak 1.000.000 bayi di seluruh dunia lahir dengan penyakit jantung
bawaan.Sekitar100.000 diantaranya tidak akan dapat melewati tahun pertama
kehidupannya, dan ribuan bayi lainnya akan meninggal sebelum mencapai usia
dewasa. Keadaan ini sering kali tidak di sadari masyarakat awam, sehingga angka
kematian anak-anak yang disebabkan oleh penyakit ini terus meningkat.
Ras asia memiliki angka yang lebih
besar dibandingkan non asia karena pengaruh perkawinankonsanguinus yang tinggi.
World health organization (WHO)
berturut-turut melaporkan diantara penyakit kardiovaskuler insidens PJB di
Bangladesh (6%), india (15%), Burma (6%) dan srilangka (10%).
Prevalensi penyakit jantung bawaan di
Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup,dengan sepertiga diantaranya
bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari
kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian. Di Indonesia
dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan
terdapat sekitar 30.000 penderita penyakit jantung bawaan. Penelitian di
RS.Sutomo pada tahun 2004-2006 sudah mendapatkan angka kematian yang tinggi
dari pasien PJB setiap tahunnya, berturut-turut 11,64%, 11,35%, dan 13,44% (Rilantono,lily. 2003)
Dinegara maju hampir semua pasien
telah dapat dideteksi dalam masa bayi, sedangkan di Negara berkembang masih
banyak yang dibawa berobat setelah anak besar, hal itu berarti bahwa banyak
neonatus dan bayi muda dengan penyakit jantung bawaan berat yang telah
meninggal sebelum dipriksa oleh dokte, ataupun PJB ringan yang tidak sampai di
diagnosis secara adequate. (Kasron, 2012)
Secara
umum terdapat 2 kelompok besar penyakit jantung bawaan yaitu penyakit jantung
bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan non sianotik. Penyakit jantung
sianotik biasanya memiliki kelainan structural jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat di tangani dengan tindakan
pembedahan. Sementara penyakit jantung asianotik umumnya memiliki lesi
(kelainan) yang sederhana dan tunggal,namun tetap saja lebih dari 90%
diantaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya.
Pada
PJB sianotik di dapatkan kelainan structural dan fungsi jantung sedemikian rupa
sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah
rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik.Terdapat aliran pirau dari
kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena
pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan
kaki dalam pengambilan utama pada golongan PJB ini akan terlihat bila reduce
hemoglobin yang beredar dalam darah >5 gram % (
Bila
dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat dua golongan
penyakit jantung sianosik, yaitu (1) yang dengan gejala aliran darah ke paru
yang berkurang misalnya tetralogo of
fallot (TF) dan pulmonal atresia (PA)
dengan VSD, dan (2) yang dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah,
misalnya transposition of the great arteries (TGA) common
mixing.
Pada
essay ini saya akan membahas tentang penyakit ventrikel septal defect dimana
merupakan suatu penyakit jantung bawaan yang sering terjadi yaitu tentang
pengertian VSD itu sendiri, tanda-tanda/ gejala yang biasa ditimbulkan,
penyebab VSD dan pemeriksaan untuk menegakkan penyakit ini. Pada essay ini juga
akan dibahas tentang penanganan dan prognosis penyakit VSD.
Ventrikel
Septal Defek adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak terbentuknya septum
antara ventrikel jantung kiri dan kanan sehingga antara keduanya terdapat
lubang ( tunggal atau multipel) yang saling menghubungkan. Defek ini biasa
muncul sebagai kelainan tunggal (berdiri sendiri) atau muncul bersama dengan malformasi
kongenital kardio lainnya, misalnya stenosis pulmonal, duktus arteriosus persisten,
koarktasio aorta, tetralogy fallot,transposisi arteri-arteri besar,atresia
pulmonal, dan lain-lain. (Greenberg,
Michael. 2004)
Defekt
septum ventrikel adalah kelainan jantung kongenital yang paling sering
ditemukan. Insidens devek septum ventrikel in terjadi 20-30% dari seluruh kasus
kelainan jantung bawaan dan 1,5- 3,5 dari 1000 kelahiran hidup. Pada defek septum ventrikel didapatkan frekuensi tetinggi pada wanita
yaitu 56% sedangkan pada laki-laki 44% dan sering di jumpai pada sindrom down.
Kelainan tunggal dan kelainan jantung kongenital yang muncul bersama dengan VSD
adalah 50% dari seluruh kasus kelainan kongenital. Insidens tertingginya pada
premature dengan kejadian 2-3 kali lebih sering di bandingkan bayi aterm (wahab, A Samik, 2009)
Pada
penderita ventrikel septal defect terjadi tekanan di bilik kiri jantung lebih
tinggi dibanding bilik kanan, maka darah bersih dibilik kiri yang semestinya
beredar ke pembuluh utama aorta untuk didistribusikan keseluruh tubuh, sebagian
akan mengalir ke bilik kanan melewati ventrikel septal defect. Pasien tidak
akan terlihat biru karena memang tak ada darah kotor yang mengalir kesirkulasi
darah bersih. Dalam beberapa tipe VSD
dapat menutup spontan (tipe perimembran dan muskuler), terjadi hipertensi pulmonal,
hipertropi infundilum atau prolapse katup aorta yang dapat disertai regurgitasi
(tipe subarterial dan perimembran) (Rilantono,2003;
Masud, 1992 )
Apabila
aliran darah ke bilik kanan dan pembuluh darah paru melebihi jantung
normal.Akibatnya, paru-paru seolah-olah kebanjiran dan pasien merasa sesak
nafas,sulit minum, sering infeksi saluran nafas/paru (broncopneumonia),berat
badan-nyapun sulit naik.Kondisi ini terjadi bila lubang ventikel lubang defect
besar, dan umumnya harus dilakukan operasi. Kalau lubang ventrikel septal
defect kecil/ sedang dan letaknya diarea ventrikuler septum tertentu bisamenutup
atau mengecil sendiri. (wahab, A Samik,
2009)
Penyebab dari ventrikel septal defect
belum diketahui, kemungkinan besar berasal dari kelainan jantung yang terjadi
saat bayi berkembang di dalam Rahim. Kemungkinan Defect sekat ventrikel terjadi
karena keterlambatan penutupan sekat interventrikuler pada 7 minggu pertama
kehidupan intrauterine yaitu saat terjadi interaksi antara bagian muskuler
interventrikuler, bagian dari endocardium (bantalan endocardium,) dan bagian
daribulbus kordis.Pada saat itu terjadi kegagalan fusi bagian-bagian septum interventrikuler;
membran, muskuler, jalan masuk, jalan keluar, atau kombinasinya yang biasa bersifat
tunggal atau multiple alasan penutupan terlambat atau tidak sempurna belum
diketahui.kemungkinan factor keturunan berperan dalam hal ini. Defek septum
ventrikel adalah jelas lebih sering pada bayi premature dan pada mereka yang
berat badan lahir rendah, dengan laporan insidensi setinggi 7,06 per 1000
kelahiran premature hidup (fyler, 1996).
Ada
dua kemungkinan anomaly embrional yang timbul yaitu yang pertama kurangnya
jaringan pembentuk septum interventrikular. Biasanya kelainan ini adalah tipe
yang berdiri sendiri terutama defect pada pars membranosa. Kedua, adanya defect
tipe malalignment yang biasanya disertai defect intracardial yang lain.
Malalignment muncul pada pertemuan konus septum dan septum pars muskularis.
Defect malalignment anterior biasanya disertai dengan obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan, misalnya tetralogy fallot. Sebaliknya, defect malaligment
posterior biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran keluar ventrikel kiri,
misalnya pada interrupted aortic arch (wahab,
A Samik, 2009).
Beberapa teori etiologi penyebab
penyakit ventrikel septal defect antara lain kromosomal yaitu sindrom down,
sindrom holt oram, trisomo 13, trisomy 18. Teori etiologi lainnya yaitu
familial, geografis dan lingkungan.Pada familial disebutkan 3% anak dari orang
tua dengan VSD juga menderita VSD.Kasron,
S.KP,Ns dalam buku ajar gangguan system kardiovaskuler menuliskan factor
prenatal yang mungkin berhubungan dengan penyakit jantung bawaan VSD diantanya
rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk ,
ibu yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun dan ibu yang menderita diabetes.
Pada
penderita VSD terjadi gangguan hemodinamik yang tergantung pada ukuran defek dan
tahanan vascular pulmonal. Pada janin tahanan arteri pulmonalis tinggi, dan
akan menurun dengan cepat pada saat setelah lahir hingga tahanan vaskuler
pulmonal sama dengan tahanan vaskuler sistemik.
Pada usia 4-6 minggu penurunan tahan vaskuler pulmonal berlanjut
pelan-pelan sampai mencapai tahanan setingkat dewasa, yang mencapai puncaknya
pada umur 3-6 bulan.
Pada penderita VSD adanya defect septum
interventrikuler akan menyebabkan darah mengalir melalui defect dari ventrikel
kiri ke ventrikel kanan karena pengaruh perbedaan tekanan. Bunyi bising di
sebabkan oleh derasnya aliran darah.Darah dari ventrikel kanan di dorong ke
arteri pulmonalis sehingga terjadi peningkatan pembuluh darah melalui arteri
pulmonalis yang berlanjut sebagai peningkatan tahanan vaskuler pulmonal.
Resistensi relative antara dua sirkulasi bersifat dinamis dan berubah sewaktu
periode neonates dan bayi (3-4 minggu).(wahab,
A Samik, 2009).
Shunt dari kiri ke kanan yang kecil
membuat penderita tampak tanpa gejala ( rogers disease). Akan tetapi shunt yang
besar dapat menimbulkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif. Biasanya
kemunculan gejala dan tanda gagal jantung kongestif akan tertunda sampai umur
3-4 minggu pada defek yang besar atau jarang lebih dari 6 bulan pada defek
tunggal. Namun, gejala gagal jantung kongestif bisa timbul sejak hari pertama
bila ada factor-faktor pendorong seperti cacat jantung, infeksi pernafasan ,
anemia dan prematuritas (Rudolph,
Hoffman, 2006)
Dari segi patofisiologi maupun klinis
VSD dibagi menjadi 4 tipe yaitu VSD kecil dengan tahanan pada arteri pulmonalis
yang masih normal, VSD sedang dengan tahan pada arteri pulmonalis masih normal,
VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamis, yaitu hipertensi pulmonal karena bertambahnya
volume darah pada arteri pulmonalis tetapi belum ada arteriosclerosis arteri
pulmonalis, dan VSD dengan hipertensi pulmonal yang permanen karena pada kelainan
ini sudah disertai arteriosclerosis arteri pulmonalis. Masing-masing dari tipe
VSD ini memiliki tanda dan gejala yang berbeda.
Tampilan
klinis pasien VSD bervariasi, tergantung kepada besarnya defek atau pirau dan
aliran dan tekanan arteri pulmonal.Jenis yang paling sering terjadi ialah defek
kecil dengan pirau kiri ke kanan yang ringan dan tekanan arteri pulmonal yang
normal.Menurut ‘maladie de roger’VSD
kecil biasanya tidak menunjukan gejala. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
bising holosistolik, dengan atau tanpa
thrill,tepat sebelum bunyi jantung ke-2. Bising jantung biasanya terdeteksi
umur 2-6 bulan. Defect muscular
ditemukan bising sistolik dini, pendek, dan mungkin didahului oleh earlysistolik
klik. Anak tampak sehat ,kemerahan, mempunyai nadi normal,dan jantung tidak
membesar.(kasron, 2012)
Pada VSD sedang menunjukkan gejala
mirip dengan VSD besar hanya lebih ringan,.Penderita mengeluh mudah
lelah.Jarang menjadi gagal jantung kecuali bila terjadi endocarditis infektif
atau karena anemia.Terdapat bising pansistolik cukup keras (derajat 3) nada
tinggi, kasar pada ICS linea parasternalis kiri.Pada bayi sesak nafas pada
waktu makan dan minum atau tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya,
peningkatan berat badannya juga terhambat.Fisik bayi tampak kurus dengan
dyspnoe-takipnoe serta retraksi sela iga.Sedangkan pada pasien besar dapat
terjadi penonjolan dada.
Ventrikel
Septal Defek dengan tipe besar merupakan salah satu kelainan jantung kongenital
yang sering menyebabkan gagal jantung kongestif, kelainan biasanya tidak
terdeteksi sampai umur 1 bulan. Karena kelebihan sirkulasi pulmonal, penderita
akan mengalami sesak nafas, sianosis, gangguan makan, infeksi dan radang paru yang
berulang dan gangguan pertumbuhan. Pada VSD dengan retensi paru tinggi atau
sindroma Eisenmenger didapatkan dada menonjol akibat pembesaran ventrikel kanan
yang hebat. Selain itu pada pemeriksaan auskultasi bunyi jantung dengan split
yang sempit. Hepar teraba besar akibat bendungan sistemik.Klasifikasi ventrikel
septal defek berdasarkan lokasi lubang, dibagi tiga yaitu tipe perimembran
(60%), tipe subarterial (37%) dan tipe muskuler (3%).(Chandrasoma,2006; Purwaningtyas, 2007).
Pemeriksaan
rutin pada kasus pediatric cardiologi adalah elektrocardiografi (EKG) termasuk
juga pada penderita VSD.Selain itu pada penderita ventrikel septal defek
diagnosis di tegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan
menggunakan stetoskop, akan terdengar suara murmur (bunyi jantung abnormal)
yang nyaring. Pemeriksaan lain yang biasa di lakukan yaitu rontgen dada, ekokardiografi,
kateterisasi jantung dan angiografi jantung.
Pemeriksaan rongent ini akan memberikan hasil kondisi dan anatomi
jantung yang normal (apabila VSD kecil)
sampai dengan kardiomegali (pembekakan jantung) serta meningkatkan corakan
vaskuler (pembuluh darah) paru.
Sedangkan ekokardiografi baik dua demensi atau doppler menjadi salah satu
pilihan dalam mendiagnosis VSD karena dengan pemeriksaan ini dapat mendeteksi
letak defek, taksiran besar ukuran shunt
dan dapat merefleksikan perbedaan tekanan ventrikel kiri dan kanan saat
systole. Kateter jantung dan angiografi berguna untuk mengukur tekanan dan
saturasi oksigen darah di ruang jantung serta mengukur besar shunt.Dengan
injeksi kontrasmelalui kateter dapat diperoleh gambaran radiografis
(angiografi).(Rilantono, Lily. 2003)
Penyakit
VSD (ventrikel septal defek) dapat menimbulkan beberapa komplikasi suatu
penyakit diantaranya endocarditis infektif, infeksi paru, gagal jantung
kongestif dan stenosis pulmonal. Pada endocarditis infektif terjadi diatas usia
dua tahun dan terjadi dua% anak dengan
VSD.
Menurut
Greenberg, 2004, defect septum
ventrikel dapat menutup secara spontan pada 25%-40% saat umur pasien 2 tahun,
90% pada saat umur 10 tahun. Pada pasien yang tidak di operasi, prognosis baik
bila terjadi penutupan secara spontan, demikian pula pada VSD kecil yang
asimtomatik, pada VSD kecil yang asimtomatikdengan angka kekerapan hidup
sebesar 95,9%. Sedangkan pada VSD nonrestriktif apalagi disertai kompleks
eisenmenger prognosis jelek, dengan angka kekerapan hidup 25 tahun 41,7% dalam
hal ini VSD dapat berkembang menjadi CHF.
Pada pasien yang dioperasi tanpa hipertensi pulmonal mempunyai angka kekerapan
hidup yang normal.
VSD
membutuhkan penatalaksanaan yang baik.Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan
untuk mencegah timbulnya kelainan vaskuler paru permanen, mempertahankan fungsi
atrium, dan ventrikel kiri serta mencegah endocarditis infektif. Pada VSD kecil
sebagian atau seluruh defec akan menutup sendiri secara spontan sehingga tidak
perlu penatalaksanaan bedah. Operasi penutupan sekat bayi usia 12-18 bulan
direkomendasikan apabila terdapat VSD dengan gagal jantung kongestif atau penyakit
pembuluh darah pulmonal. (purwaningtyas,
niniek. 2008)
Sedangkan
pada pasien dengan VSD besar maka tujuan pengobatannya adalah mengendalikan
gagal jantung kongestif dan mencegah penyakit vaskuler pulmonal.Pasien dapat
menunjukan adanya penyakit pulmonal yang berulang dan sering gagal
tumbuh.Terapiutik ditujukan untuk mengendalikan gejala gagal jantung serta
memelihara tumbuh kembang yang normal.
Penatalaksanaan
VSD lainnya yaitu Factor nutrisi dan pencegahan infeksi sekunder.Anak dengan
defec besar sering kali kelelahan disaat makan, sehingga masukan makanannya
tidak cukup.Akibatnya berat badan tidak biasa/ sulit naik.Salah satu cara untuk
mengatasinya yaitu dengan pemberian makanan kalori tinggi atau ASI dan
pemberian makanan melalui pipa nasogastric untuk mengurangi kelelahan karena
mengidap susu botol atau ASI. Sedangkan pencegahan infeksi antara lain dengan
pemeriksaan dan perawatan gigi rutin dan pencegahan terhadap infeksi saluran
nafas. (Majoer, Arif. 2001)
Pasien
dengan CHF memerlukan konsultasi kardiologi anak segera dan kemungkinan harus
dirawat di unit perawatan intensif(ICU). Pengobatan biasanya meliputi digoxin
dan dan diuretic.Pasien yang terdeteksi memiliki bising baru khas VSD dan tidak
memiliki tanda gangguan hemodinamik mungkin tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Namun, pasien ini perlu dirujuk ke ahli kardiologi (Michael I. Greenberg ,2004).
Pada
penderita ventrikel septal defectyang
tanpa ada keluhan dan diperbolehan rawat jalan tetap harus control setiap
1-6 buan . sedangkan penderita dengan keluhan, harus control setiap bulan.
Pemantauan keluhan dan gejala klinis harus tetap dilakukan .bahkan kalau perlu
EKG dan foto rontgen dada posisi tegak. Motifasi operasi juga dilakukan setelah
anak berumur 2-6 tahun.Bila keadaan umum anak baik, sebelum ada hipertensi
pulmonal operasi dapat dikerjakan pada umur lebih muda.
Penderita
ventrikel septum defec yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan bahkan
perlu perawatan ICU dan tindakan operasi diantaranya penderita dengan defec sedang dimana tahanan
vaskuler pulmonal meningkat, defek besar dengan peningkatan tahanan pulmonal
ringan sedang, dan defek besar dengan kenaikan tahanan vaskuler pulmonal yang
bermakna. Pada VSD besar dengan kenaikan
tahanan vaskuler pulmonal yang bertambah apabila tidak diterapi akan berlanjut
menjadi hipoksmia bahkan kematian. Tindakan yang dilakukanpada penderita
VSD awalnya adalah memberikan terapi
medis medikamentosa terlebih dahulu tanpa dilakukan operasi. Bila terapi
berhasil ,tindakan bedah bisa ditunda sambil menunggu kemungkinan terjadi
penutupan defek yang spontan.Dan sebaliknya tindakan operasi pada kasus ini
dilakukan apabila terapi obat tidak berhasil dan awal perkembangan yang
irreversible peningkatan tahanan vaskuler pulmonal (tahun ke dua).Selain itu
defek besar yang mengalami gagal jantung dan retardasi pertumbuhan.Pada bayi
atau anak yang dengan VSD besar dan hipertensi pulmonalis harus dilakukan
kateterisasi untuk menilai resistensi vascular paru dan responnya terhadap
pemberian oksigen 100%.(wahab, A Samik,
2009)
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa penyakit jantung bawaan pada bayi sering ditemukan baik di
Indonesia maupun didunia. Penyakit jantung bawaan yang sering diderita bayi adalah
penyakit jantung bawaan asianotik yaitu ventrikel septal defect.Penyebab
ventrikel septal defek belum diketahui secara pasti namun ada beberapa factor
penyebab yang diyakini dapat menyebabkan penyakit ini yaitu genetic dan
lingkungan.Gejala dan prognosis yang ditimbulkan juga berfariasi tergantung
lubang defeknya.Kalau defeknya kecil ventrikel septal defek bisa menutup
sendiri secara spontan yang berarti mempunyai prognosis baik.Sedangkan bila
defeknya besar dan tekanan pulmonal hipertensi sudah terjadi bahkan disertai
kompleks eisenmenger penderita ventrikel septal defek harus dilakukan terapi
bahkan harus dioperasi dalam hal ini prognosis penyakitnya jelek.Pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosis juga bermacam-macam dimulai dari pemeriksaan fisik
itu sendiri, rongent bahkan cateterisasi jantung.
DAFTAR
PUSTAKA
Greenberg, Michael 1
.2004. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, Edisi. I. Jakarta : Airlangga
David Hull, Derek I.
Johnston. 2008. Dasar- Dasar Pediatric.Edisi 3, Jakarta: EGC
Kasron. Skp,Ns. 2012.
Buku Ajar Gangguan System Kardiovaskuler. Jogjakarta
Childrengrowup.Wardpress.Com.
2012. Penatalasanaan Terkini USD. Jakarta
Mansjoer, Arif dkk.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 2001
Wahab, A Samik. 2009.
Kardiologi Anak Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik.Jakarta : EGC
Fyler, dc. 1996. Nadas Kardiologi
Anak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Anonym.Ventricular
septal defect. 2002.http://www. Americanheart.org/ presenter.Html
Purwaningtyas, Niniek.
Klasifikasi Klinis Penyakit Jantung Anak Kongenital. Dalam : Cardiology after
mid. Surakarta: filament 05.2008
Rilantono,lily. Defek
Septum Ventrikel. Dalam: Buku Ajar
Kardilogi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2003
Rudolph, Hoffman. 2006.
Buku ajar pediatric. Volume 3, Jakarta :EGC
0 komentar:
Posting Komentar